SOLO - Inovasi alih teknologi terus dilakukan
para siswa SMK. Setelah sukses merakit mobil Esemka, mereka kini tengah
mencoba menggarap mesin pesawat terbang.
Untuk mewujudkan impian itu, SMK Bina Dhirgantara, Karanganyar, Jawa Tengah, bahkan membeli mesin pesawat Boeing 737-200 yang akan digunakan para siswanya untuk kegiatan belajar mengajar.
"Mesin ini dibeli dengan mekanisme beli hibah dari PT Republik Ekspres Curug dengan harga Rp80 juta," jelas Kepala Sekolah SMK Bina Dhirgantara, Warsito kepada wartawan, di Karanganyar, Jawa Tengah, Kamis (5/4/2012).
Menurut Warsito, mesin pesawat Boeing 737 tersebut kondisinya memang sudah afkir karena jam terbangnya sudah terlampau tinggi sehingga tidak digunakan lagi oleh maskapai penerbangan.
"Selain mesin, kami juga mendapatkan kabin pesawat lengkap. Kalau untuk kabin ini sifatnya hibah murni. Meskipun kabin tersebut dalam bentuk komponen-komponen, tetapi bisa dirakit menjadi satu buah kabin utuh," paparnya.
Dengan datangnya tambahan mesin pesawat Boeing 737, SMK Dirgantara telah melengkapi mesin pesawat. Sebelumnya, SMK Dirgantara telah memiliki satu pesawat tempur untuk praktikum, yakni jenis Dolphin L-29.
"Setengah dari lulusan sekolah ini bekerja di maskapai penerbangan. Sekira 30 persen bekerja di institusi militer dan kepolisian, serta sisanya melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah," katanya.
Sementara itu, salah satu alumni sekolah yang menjadi fasilitator pembelian mesin Boeing 737-200, Sutarno menuturkan, pihaknya berharap SMK penerbangan di Solo dan Semarang bisa menjadi SMK perintis dengan menggunakan mesin Boeing sebagai alat praktikum.
"Karena beda sekali mesin untuk pesawat tempur dengan pesawat komersial, sehingga diharapkan para siswa lebih mengetahui mengenai mesin untuk pesawat komersial," pungkasnya.(rfa)
Sumber: Link.
Untuk mewujudkan impian itu, SMK Bina Dhirgantara, Karanganyar, Jawa Tengah, bahkan membeli mesin pesawat Boeing 737-200 yang akan digunakan para siswanya untuk kegiatan belajar mengajar.
"Mesin ini dibeli dengan mekanisme beli hibah dari PT Republik Ekspres Curug dengan harga Rp80 juta," jelas Kepala Sekolah SMK Bina Dhirgantara, Warsito kepada wartawan, di Karanganyar, Jawa Tengah, Kamis (5/4/2012).
Menurut Warsito, mesin pesawat Boeing 737 tersebut kondisinya memang sudah afkir karena jam terbangnya sudah terlampau tinggi sehingga tidak digunakan lagi oleh maskapai penerbangan.
"Selain mesin, kami juga mendapatkan kabin pesawat lengkap. Kalau untuk kabin ini sifatnya hibah murni. Meskipun kabin tersebut dalam bentuk komponen-komponen, tetapi bisa dirakit menjadi satu buah kabin utuh," paparnya.
Dengan datangnya tambahan mesin pesawat Boeing 737, SMK Dirgantara telah melengkapi mesin pesawat. Sebelumnya, SMK Dirgantara telah memiliki satu pesawat tempur untuk praktikum, yakni jenis Dolphin L-29.
"Setengah dari lulusan sekolah ini bekerja di maskapai penerbangan. Sekira 30 persen bekerja di institusi militer dan kepolisian, serta sisanya melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah," katanya.
Sementara itu, salah satu alumni sekolah yang menjadi fasilitator pembelian mesin Boeing 737-200, Sutarno menuturkan, pihaknya berharap SMK penerbangan di Solo dan Semarang bisa menjadi SMK perintis dengan menggunakan mesin Boeing sebagai alat praktikum.
"Karena beda sekali mesin untuk pesawat tempur dengan pesawat komersial, sehingga diharapkan para siswa lebih mengetahui mengenai mesin untuk pesawat komersial," pungkasnya.(rfa)
Sumber: Link.
0 komentar:
Post a Comment