Subscribe:

Ads 468x60px

.

Friday, March 23, 2012

Model Pembelajaran Kooperatif

Resume dari buku Model Pembelajaran Kooperatif oleh Prof. Dr. Mohammad Nur, Dosen UNESA.

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (MPK) - COOPERATIF LEARNING MODEL (CLM)
Oleh: Suheriyanto, S.Pd. - Guru SMK Negeri 2 Tarakan - Surabaya, 23 Maret 2012
Sumber: Buku Model Pembelajaran Kooperatif oleh Prof. Dr. Mohammad Nur - UNESA. 2011
MENU UTAMA
A.       Pendahuluan
B.       Pembelajaran Tim Siswa
C.       Model Pembelajaran Tim Siswa
D.       Student Team Achievment Divisions (STAD)
E.       Team Games Tournament (TGT)
F.       Jigsaw II
G.       Model Kooperatif Informal
H.       Metode-metode Kagan
I.         Pengelolaan Kelas Pembelajaran Kooperatif
J.        Pembentukan Tim
K.       Memperbaiki Bentuk-bentuk Pembelajaran Tim
L.        Mengatasi Kesulitan
M.      Pertanyaan



A.       PENDAHULUAN
Model pembelajaran kooperatif adalah teknik-teknik kelas praktis yang dapat digunakan guru untuk membantu siswa belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan-keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks.
Dalam model ini, siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu belajar satu sama lainnya.
Model ini dapat memotivasi seluruh siswa, memanfaatkan seluruh energi sosial dan saling mengambil tanggung jawab.
Anggota tim terdiri dari siswa yang heterogen, baik suku, kinerja, dan lainnya.
Ketika guru menggunakan model pembelajaran ini, kelas tidak lagi sunyi, karena setiap tim sibuk dengan diskusi atau kerja tim.
B.       PEMBELAJARAN TIM SISWA
Model pembelajaran tim siswa (student team learning) merupakan perangkat teknik pengajaran praktis yang melibatkan siswa dalam kegiatan-kegiatan kooperatif. Tugas siswa tidak hanya melakukan sesuatu, tetapi juga belajar sesuatu sebagai sebuah tim. Kerja tim belum selesai bila seluruh anggota tim belum tuntas menguasai bahan yang dipelajari.
Tiga konsep ide utama model pembelajaran tim siswa :
  1. Penghargaan tim. Setiap tim yang telah mencapai atau di atas kriteria yang ditetapkan, maka akan mendapat sertifikat atau penghargaan.
  2. Tanggung jawab individual. Keberhasilan tim bergantung pada hasil pembelajaran individual dari seluruh anggota tim.
  3. Kesempatan yang sama untuk berhasil. Siswa menyumbang kepada tim dengan perbaikan di atas kinerja yang lalu dan setiap siswa tertantang untuk melakukan yang terbaik.
Penelitian menunjukkan bahwa penghargaan tim dan tanggung jawab individual merupakan unsur penting untuk mencapai hasil belajar.
Penghargaan untuk peningkatan menjadikan keberhasilan tidak terlalu sukar atau terlalu mudah bagi siswa untuk dicapai.
C.       MODEL PEMBELAJARAN TIM SISWA
Lima model telah dikembangkan. Tiga model pembelajaran kooperatif umum:
  1. STAD (Student Team Achievement Divisions). Guru presentasi materi, lalu siswa berdiskusi dan berlatih kuis dalam tim 4 atau 5 orang heterogen. Ketika siap, tiap-tiap siswa diberi kuis individu untuk mendapatkan skor perbaikan individual. Tim dengan akumulasi nilai baik diberi penghargaan.
  2. TGT (Team Games Tournaments). Mirip STAD, namun kuis diganti dengan kartu kuis yang diperebutkan oleh siswa wakil tim untuk mendapat poin.
  3. Jigsaw II. Prinsip tim mirip STAD dan TGT. Masing-masing siswa dalam tim menjadi ahli dalam topik berbeda, lalu tiap-tiap ahli yang sama berkumpul dalam kelompok ahli dan akhirnya kembali dalam tim untuk berbagi topik.
Dua model kurikulum komprehensif untuk mata pelajaran dan kelas tertentu:
  1. CIRC (Cooperatif Integrated Reading and Composition). CIRC adalah program komprehensif untuk membaca dan menulis. Tiap tim ada dua siswa, diberi topik berbeda, lalu berlatih membaca, diskusi, dan menulis karya. Bila tim siap, guru memberikan asesmen awal dan kuis dan diakhiri dengan penghargaan tim.
  2. TAI (Team Accelerated Instruction). Mirip STAD dan TGT dalam penggunaan tim, namun menggunakan sebuah tatanan pengajaran tunggal untuk kelas. Model TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual.
D.       STUDENT TEAM ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD)
Lima komponen utama STAD:
  1. Presentasi kelas. Bahan ajar dipresentasikan melalui ceramah, audio visual, atau penemuan kelompok. Siswa menemukan informasi atau mempelajari konsep secara mandiri sebelum pengajaran guru.
  2. Kerja tim. Tim terdiri 4 atau 5 siswa heterogen untuk berlatih dalam tim. Tim mempersiapkan anggota agar berhasil menghadapi kuis. Kerja sama tim berpengaruh pada hasil belajar seperti hubungan antar kelompok, harga diri, penerimaan terhadap kebanyakan siswa.
  3. Kuis. Setelah dua periode guru dan latihan tim, siswa diberikan kuis secara individu dan tidak boleh saling membantu.
  4. Skor perbaikan individual. Setiap siswa diberi skor dasar yaitu dari rerata skor kinerja siswa pada kuis sebelumnya. Lalu siswa mendapat poin untuk tim berdasarkan berapa banyak skor kuis mereka melampaui skor dasar.
  5. Penghargaan tim. Tim diberi sertifikat atau penghargaan lain bila rerata skor melampaui kriteria tertentu. Skor dapat juga ditampilkan pada papan buletin.
E.       TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT)
Teknik TGT sama dengan STAD, kecuali kuis dan skor perbaikan individu diganti dengan turnamen permainan akademik.
Lima komponen utama TGT:
  1. Presentasi kelas, kerja tim, dan penghargaaan tim. Sama dengan STAD.
  2. Permainan. Disusun beberapa pertanyaan yang bertujuan untuk mengetes pengetahuan siswa yang diperoleh dari presentasi dan latihan . Satu siswa mewakili tim maju ke meja permainan, kemampuan tiap siswa sama. Kartu pertanyaan dikocok dan diletakkan, lalu salah satu siswa mengambil kartu membaca dan menjawab, sedangkan siswa lain menyetujui atau menantang dengan jawaban berbeda. Bila jawaban benar, kartu menjadi milik pembaca atau penantang, bila salah dikembalikan ke meja. Tim pemenang yang memiliki jumlah kartu terbanyak.
  3. Turnamen. Turnamen merupakan struktur bagaimana dilaksanakannya permainan tersebut. Dilaksanakan pada akhir minggu setelah guru menyelesaikan presentasi kelas dan tim-tim memperoleh kesempatan berlatih dengan LKS.
F.       JIGSAW II
Jigsaw II dapat digunakan bila bahan yang dipelajari berbentuk naratif tertulis, sehingga sangat tepat diterapkan pada mata pelajaran ilmu-ilmu sosial, sastra atau pelajaran yang menekankan pada konsep daripada keterampilan.
Bahannya biasanya berupa satu bab cerita, biografi, atau bahan deskriptif lain.
Siswa mempelajari materi bab atau bahan lain dan fokus pada “lembar ahli” yang diberikan guru, dengan topik berbeda-beda tiap siswa.
Setiap siswa yang mewakili tim dengan “lembar ahli” sama, bertemu di meja “kelompok ahli” untuk berdiskusi.
Selesai diskusi, lalu kembali pada tim dan mengajarkan topik tersebut secara bergantian hingga seluruh siswa dalam tim memahami isi seluruh “lembar ahli”.
Akhirnya siswa diberi kuis tentang seluruh topik dan skor kuis menjadi skor tim.
Sama seperti STAD, skor disumbangkan oleh siswa pada tim mereka didasarkan pada sistem skor perbaikan individu.
Siswa dengan skor tinggi diberi sertifikat atau nama mereka diumumkan pada papan buletin.
G.       MODEL KOOPERATIF INFORMAL
Pembelajaran kooperatif yang paling tua dan luas adalah diskusi kelompok dan proyek kelompok. Banyaknya model kooperatif, guru dapat memilih model yang tepat atau strategi gabungan bila memungkinkan.
  1. Diskusi kelompok. Tugas utama dalam menata suatu kelompok diskusi adalah memastikan bahwa tiap anggota kelompok berperan serta. Hal tersebut dapat dilakukan oleh seorang pemimpin diskusi. Metode agar anggota aktif dengan memberi tiap-tiap anggota suatu tugas atau ahli tentang bagian topik serta mewajibkan aktif memberikan pendapat. Tugas lain adalah fokus, diskusi harus memiliki tujuan dan dinyatakan dengan jelas.
  2. Proyek kelompok. Model ini sama dengan model diskusi kelompok. Guru hanya memberi tugas proyek, kemudian siswa dalam tim memutuskan bagaimana membagi tugas besar itu untuk tugas penelitian dan tugas presentasi di kelas. Guru harus memastikan setiap siswa berperan dan tidak ada satu atau dua siswa yang menanggung beban yang lebih dari yang lain.
H.       METODE-METODE KAGAN
Spencer Kagan (1992) telah mendeskripsikan banyak struktur informal untuk pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari. Sebagian dari struktur tersebut adalah:
  1. Diskusi kelompok spontan. Apabila siswa berada dalam kelompok-kelompok adalah mudah untuk meminta para siswa pada berbagai kesempatan selama pelajaran berlangsung atau pada sebuah presentasi untuk mendiskusikan pengertian sebuah konsep atau teori, mengapa sebuah struktur dapat bekerja dengan baik, atau bagaimana sebuah masalah dapat diselesaikan dengan baik.
  2. Numbered Head Together (NHT). Metode ini pada dasarnya merupakan variasi diskusi kelompok. Ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberi tahu dahulu siapa yang akan ditunjuk mewakili kelompoknya.
  3. Think Pair Share. Dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland. Guru mempresentasikan materi dan siswa duduk berpasangan dalam tim, lalu guru mengajukan pertanyaan. Siswa berfikir (think) sendiri atas jawaban lalu berdiskusi dengan pasangannya (pair) untuk mencapai konsensus, dan akhirnya guru meminta siswa untuk berbagi (share) jawaban di kelasnya.
I.         PENGELOLAAN KELAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Pendekatan paling efektif pengelolaan kelas untuk pembelajaran kooperatif adalah menciptakan suatu sistem penghargaan positif. Guru memberi perhatian positif kepada perilaku kelompok tertentu sesuai keinginan guru, maka dengan segera kelompok lain akan meniru tanpa diminta.
Unsur-unsur penting lain adalah harapan-harapan yang jelas. Guru terlebih dahulu perlu menetapkan dengan jelas perilaku-perilaku yang perlu dan terpuji. Contoh perilaku terpuji yaitu membantu teman, kerjasama dengan teman, serta perhatian terhadap kebutuhan, pendapat, dan keinginan orang lain.
Teknik-teknik pengelolaan:
  1. Sinyal menghentikan kegaduhan (zero noise signal). Guru memberi perintah atau isyarat agar siswa berhenti bicara dan tangan tubuh tidak bergerak, untuk memberi perhatian penuh kepada guru. Siswa yang menginginkan perhatian guru dapat mengangkat tangan hingga guru memberi respon.
  2. Penghargaan kelompok. Penghargaan akan menanamkan norma-norma dalam kelas, sehingga siswa belajar perilaku mana yang akan dihargai dan perilaku mana yang mendapat perhatian khusus.
J.        PEMBENTUKAN TIM
Pembentukan tim merupakan pilihan, banyak guru memilih langsung daripada menghabiskan waktu untuk pembentukan kekompakan tim.
Aktifitas pembentukan tim:
  1. Mengenal nama. Tiap tim diberi waktu secukupnya untuk saling mengenal nama anggota tim, bila perlu hal lain yang sifatnya singkat seperti hobi.
  2. Interviu. Perkenalan antar anggota tim secara agak mendalam. Memberi kesempatan siswa untuk merasa diterima baik dalam kelompok dan membantu mengatasi hambatan awal.
  3. Nama tim, panji-panji, logo. Saat tim dibentuk, mereka memberi nama tim. Dua aturan sederhana proses pemberian nama: setiap anggota mempunyai hak memberi nama dan setiap keputusan harus didukung setiap anggota. Aturan tersebut memberi warna pada proses kesepakatan, yang harus memasukkan partisipasi, konsensus, dan penghormatan pada hak individu. Hal tersebut berlaku sama pada pembuatan panji-panji atau logo.
K.       MEMPERBAIKI BENTUK-BENTUK PEMBELAJARAN TIM
Guru yang telah berpengalaman dengan pembelajaran tim, dapat melakukan pengembangan. Ada tiga prinsip dasar yang dapat dilakukan:
  1. Pastikan guru memiliki sejenis pengakuan atau penghargaan bagi tim-tim yang berhasil. Semakin kuat keinginan anggota tim agar tim mereka berhasil, lebih besar kemungkinan anggota tim akan bekerjasama dan membantu satu sama lain untuk melakukan yang terbaik.
  2. Buat setiap siswa bertanggung jawab untuk kinerjanya sendiri. Hindari tugas-tugas tim yang mengandung suatu “produk tim” tunggal, yang sebenarnya dapat diselesaikan oleh satu atau dua anggota tim lainnya. Skor tim dalam semua model pembelajaran tim siswa terdiri dari kinerja individu pada kuis individu atau permainan yang harus dihadapi setiap siswa dengan baik.
  3. Tetapkan sistem penskoran yang memungkinkan siswa dari seluruh tingkat kinerja untuk menyumbang secara bermakna kepada skor atau produk timnya. Dalam suatu sistem yang lebih menghargai perbaikan dalam kinerja daripada kemampuan, setiap siswa dapat berhasil atau gagal berdasarkan pada upaya mereka sendiri, dan menjadikan tiap anggota tim potensial memberikan sumbangan besar.
L.       MENGATASI KESULITAN
Masalah-masalah dalam menerapkan pembelajaran tim dan pemecahannya.
  1. Siswa dalam satu tim atau lebih tidak dapat menyesuaikan diri. Sering muncul pada minggu pertama dan kedua. Solusinya adalah waktu, hingga siswa menyadari kebersamaan mereka untuk waktu lama dan berusaha menyesuaikan diri. Siswa juga harus faham bahwa memaksakan kehendak atau menolak membantu tim bukan cara efektif untuk keberhasilan tim. Jika tim tetap tidak ada perubahan atau sulit terbentuk, maka guru dapat merubah susunan tim pada minggu ke empat. Guru memberi penekanan bahwa yang dibutuhkan adalah upaya tim, bukan hanya persiapan individu.
  2. Siswa berperilaku menyimpang. Salah satu cara untuk mendorong siswa berperilaku benar adalah dengan memberi penghargaan berupa poin tambahan setiap tim berdasarkan perilaku, kerjasama, dan upaya tim. Guru berkeliling dari tim satu ke tim lainnya seraya memberi penghargaan.
  3. Siswa terlalu gaduh. Kelas pembelajaran tim seharusnya seperti sarang lebah, bukan sepeti turmanen olahraga. Suara sibuk baik, namun seharusnya siswa dapat mendengarkan satu sama lain. Solusinya adalah guru segera menghentikan seluruh kegiatan hingga tenang mutlak, dan dengan suara pelan guru meminta agar siswa berdiskusi dengan suara pelan atau tidak gaduh.
  4. Ketidakhadiran. Ketidakhadiran termasuk permasalah utama dalam pembelajaran tim. Siswa-siswa yang memiliki tingkat kehadiran sangat jelek hendaknya disebarkan secara merata di antara tim-tim sebagai anggota ke lima atau terakhir.
  5. Siswa tidak menggunakan waktu latihan tim secara efektif. Jika siswa tidak menggunakan waktu dalam tim secara efektif, dapat diberlakukan beberapa cara yang lebih terstruktur pada sesi latihan tim untuk memastikan agar waktu dapat digunakan dengan baik.
  6. Rentang tingkat kinerja di dalam kelas terlalu lebar untuk pengajaran kelompok. Solusinya, guru perlu meluangkan waktu khusus untuk membantu siswa yang bekinerja lambat sampai tingkat yang diinginkan atau setara dengan teman-teman di kelasnya.
  7. Masalah-masalah dengan STAD. Masalah pada STAD hampir sama dengan yang dibahas sebelumnya, namun ada sebuah masalah lain. Masalah tersebut adalah adanya siswa atau orang tua yang keberatan dengan sistem skor perbaikan individual bagi siswa yang sebelumnya mencapai kinerja tinggi. Solusinya, perlu ditekankan bahwa perbaikan dengan poin tertentu antara siswa berkinerja tinggi dan rendah adalah sama beratnya.
  8. Masalah-masalah dengan turnamen TGT. Masalah yang sering muncul dikarenakan salah membaca aturan-aturan dan tantangan. Solusinya, bila masalah merata pada seluruh siswa, maka sebaiknya guru menggunakan model STAD. Jika hanya pada sedikit siswa, maka perlu menarik siswa tersebut dari turnamen dan diberikan kuis tersendiri.
  9. Masalah-masalah dengan Jigsaw II. Presentasi tim dalam Jigsaw II biasanya terstruktur baik sehingga hanya terjadi sedikit masalah, kecuali siswa mendapat pembatasan waktu yang ketat saat presentasi sehingga merasa kekurangan waktu serta ketidak hadiran. Solusi, guru perlu membuat struktur tambahan dalam diskusi kelompok ahli. Solusi ketidak hadiran, membuat tim enam anggota dan meminta siswa bekerja pada tiap tiga topik secara berpasangan. Solusi lain, membuat bacaan singkat.
  10. Masalah-masalah penskoran. Bumping dalam TGT biasanya bukan masalah serius, kecuali ada siswa baru atau siswa tidak hadir dan perlu penempatan ulang. Sistem skor perbaikan individu pada STAD dan Jigsaw II juga tidak rumit, namun masih sering juga terjadi kesalahan. Beberapa guru memberi poin nol untuk siswa yang tidak hadir atau tidak disiplin, seharusnya tidak dihitung sebagai nol dalam perhitungan ulang skor dasar, ketidakhadiran seharusnya dianggap kosong.
  11. Masalah-masalah beban kerja yang terlampau banyak bagi guru. Guru dapat mengurangi beban dengan meminta siswa untuk membantu seperti penskoran serta gunakan bahan ajar yang sudah ada, misalnya dari pusat pengembangan bahan ajar.
M.      PERTANYAAN
  1. Bagaimana metode guru untuk membuat tim yang sifatnya heterogen dengan kemampuan berimbang?
        Halaman: 2
Jawaban:
Guru dapat mencari data-data siswa dengan bertanya tentang hal-hal yang sifatnya sederhana seperti suku, tinggi badan dan lainnya atau bertanya kepada wali kelas untuk data-data spesifik seperti kemampuan akademik siswa semester lalu. Dari data-data tersebut, guru dapat membuat tim heterogen yang seimbang dan adil.
  1. Perhargaan tim merupakan unsur penting untuk mencapai hasil belajar, kapan sebaiknya hal ini diberikan, segera atau setelah selesai belajar? Mengapa?
        Halaman: 4
  1. Dengan waktu belajar yang mungkin terbatas, bagaimana merencanakan tim dan proses belajar berlangsung lancar?
        Halaman: 23
Jawaban:
Sebaiknya guru mempersiapkan bahan ajar, presentasi, soal dan jawaban hingga lembar penilaian secara lengkap serta nama-nama anggota tim yang akan dibentuk, pada hari-hari sebelum proses belajar dimulai.
  1. Bagaimana metode yang baik ketika kuis individual dibagikan dan mulai dikerjakan siswa, tetapi siswa tidak berusaha untuk saling bekerja sama?
        Halaman: 32
  1. Apakah ada beda pengaruh, pemberian penghargaan berbasis kelompok dengan penghargaan berbasis individu?
        Halaman: 80
Jawaban:
Penghargaan berbasis kelompok ditujukan bagi keberhasilah tim dan berpengaruh positif pada tim tersebut, sedangkan penghargaan berbasis individu hanya ditujukan pada individu yang mampu atau berkinerja baik. Namun keduanya dapat berpengaruh pada tim atau individu lain untuk meningkatkan kemampuannya.
  1. Bagaimana menurut saudara, apakah tugas kelompok berupa proyek pembuatan tugas karya tulis harus dikerjakan di dalam kelas atau lebih tepat di luar kelas seperti dibawa pulang sebagai pekerjaan rumah secara kelompok?
        Halaman: 76
  1. Dalam sekolah-sekolah unggulan, pada umumnya tidak sulit membuat siswa belajar, baik mandiri maupun kelompok. Apakah pembelajaran tim siswa tetap diperlukan?
        Halaman: 87
Jawaban:
Siswa perlu belajar dan diajarkan berbagai macam metode belajar, karena akan menambah wawasan mereka. Dimungkinkan terjadi, siswa memiliki keunggulan berbeda dalam metode yang berbeda, karena memang mereka berbeda satu sama lain.
  1. Kapan tepatnya pembentukan tim dilakukan, apakah saat siswa baru saja mengenal satu sama lain? Atau masih perlukah pembentukan tim tersebut ketika mereka sudah saling mengenal satu sama lain? Atau ada hal lain yang menjadi sebab pembentukan tim harus tetap dilakukan?
        Halaman: 85
  1. Bagaimana menangani siswa yang memiliki kinerja sangat lambat sekali?
        Halaman: 93
Jawaban:
Guru perlu meneliti apakah siswa yang bersangkutan secara mental dapat mengikuti pelajaran pada kelas yang diikuti. Jika secara mental mungkin, maka guru perlu meluangkan waktu untuk membuat kemampuannya seimbang dengan temannya. Dan jika tidak, maka akan menghabiskan banyak waktu untuk membimbingnya, sehingga perlu dikonsultasikan ke wali kelas atau sekolah untuk tidak diikutkan pada kelas tersebut.
  1. Bagaimana solusi yang tepat jika sumber kegaduhan bukan berasal dari siswa, namun dari luar kelas yang secara tiba-tiba terjadi pada hari itu?
        Halaman: 91

Sekian dan terima kasih.

Download dokumen: Pdf
Komentarnya ditunggu!

2 komentar:

Redi Pudyanti said...

thank U sharingnya ya, buku sy yg pembelajaran kooperatif dr Prof Nur hilang, jadi ijin copy articlenya ya :)

Suheriyanto said...

Yup! Silahkan, ada file pdf nya kan!